Sabtu, 31 Oktober 2009

Program Menteri 100 hari, mungkinkah?....

Mungkinkah...? mungkin tidak mungkin, mungkin menjadi relatif tetapi menurut saya sebaiknya menteri berpikir dan bertindak yang rasional. Mengapa? apakah ada menteri yang tidak berpikir dan bertindak bahkan berucap irrasional? Sebelum lebih jauh membahas substansi ada baiknya kita simak beberapa pertanyaan sederhana agar masyarakat awampun diharapkan dapat memahami - bukan sebaliknya dibuai dengan harapan dan kata-kata yang aduhai - tetapi sebetulnya sulit bahkan mungkin tidak akan tercapai.

Pertama, bagaimana mungkin nasib bangsa 5 tahun ke depan dipertaruhkan hanya melalui konsep bewayang 1/2 malam karena besok pagi-pagi harus ke Cekeas menghadap Presiden untuk discuss. Maka tidak heran ketika wartawan menanyai sang calon menteri (sebelum diputuskan menjadi menteri) di depan microphone yang sudah disiapkan, ada yang menjawab 1/2 grogi, enteng sekenanya aja karena memang tidak siap 100%. Jadi banyak benarnya menurut beberapa kalangan bahwa si A, si B dapat menjadi menteri karena nasib baik saja bukan karena kinerja mereka sebelumnya, bahkan ada yang menyebutnya kabinet perkoncoan - meski ada juga yang sudah berpengalaman dalam bidangnya ya...kita akui itu,...ada beberapa.
Sehingga tidak heran ada sang calon yang nyebut salah satu program 100 harinya bahwa untuk membantu bla ...bla...bla dengan menekan suku bunga...hehehe padahal itu sama sekali bukan wewenang dia, tingkat suku bunga menurut teori banyak tergantung pada kondisi ekonomi makro suatu negara dan Bank Indonesia sebagai nakhoda yang berperan independen.....
Hal ini sangat disayangkan karena dapat menipu rakyat yang tidak mengerti kecuali manggut-manggut karena besok belum tentu ada sepiring nasi untuk dirinya dan keluarga.....

Selanjutnya, apakah rasional program implementasi dalam 100 hari yang direncanakan dapat dilaksanakan 1/3 Oktober, Nopember, Desember 2009 yang sudah ditetapkan dalam tahun 2008? Bahkan program kerja masing-masing Departemen dan Non Departemen tahun 2010 sudah diketok pada tahun 2009?....
Jadi simaklah dengan teliti.....

Memang saya akui ada menteri yang menjawab dengan: "saya segera melakukan koordinasi dengan jajaran yang ada di Departemen yang saya pimpin tentang....bagaimana....ds
t"..Inilah menurut saya yang paling rasional meski mungkin sangat biasa.....tapi di balik itu selanjutnya dapat menjadi luar biasa....jika ada prinsip evaluasi sistemik, konsistensi, akurasi, dan tanggung jawab untuk merekonstruksi agar lebih positif dengan.....(yang rasional tentunya).

Kepada para menteri sepantasnya diucapkan "selamat" untuk jabatannya dan hantar dengan Insya Allah dan Innalillah dengan dalam tanda petik "amanah"....

Kepada Bapak Presiden SBY, pertimbangan yang presiden lakukan untuk memilih menteri mungkin sudah baik, saya katakan baik bukan benar sebab benar indikatornya agak rumit, tetapi setulusnya jika berkenan, saya ingin sarankan agar ke depannya dalam pertimbangan penentuan memilih menteri perlu track record yang lebih jelas, tidak dilalui dengan serentetan final test dalam beberapa hari.......(Lanjutkan......!!!)

Wallahu 'Alam....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda......