Selasa, 30 Juni 2009

PERMASALAHAN UDANG GALAH DI KALIMANTAN SELATAN....
1. Teknis Budidaya
Berbeda dengan memelihara ikan, pemeliharaan udang galah memerlukan lingkungan yang spesifik untuk tempat hidupnya. Kolam perlu didisain dengan dasar dan sedimen yang cocok dan sehat karena udang galah adalah hewan yang merangkak di dasar habitatnya. Kedalaman air, pemberian shelter tempat berlindung udang, sarana caren di dasar kolam, sirkulasi air masuk-keluar harus mendapat perhatian khusus untuk meningkatkan produksi dan kemudahan dalam pemeliharaan. Pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, ukuran dan waktu pemberian seringkali kurang mendapat perhatian khusus dan akibatnya produksi udang tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Tahap persiapan kolam dan pemupukan berkala selama pemeliharaan akan sangat membantu dalam efisiensi pemberian pakan, kestabilan kualitas air dan kompetisi dari hewan air lainnya.
Pembudidaya udang galah pemula biasanya menghadapi masalah dalam menentukan waktu panen, menetapkan ukuran udang yang sesuai dengan permintaan pasar, dan mengemas udang pasca panen dengan baik. Terdapat beberapa hal pada saat panen yang harus dihindari agar tidak merugikan pembudidaya, antara lain:
a. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam secara total, karena udang yang masih kecil ikut terpanen dan air yang telah kaya dengan organisme dan mineral terbuang percuma.
b. Panen selektif dengan menggunakan jaring hapa dilakukan tanpa mengeringkan kolam, karena yang tertangkap adalah udang dengan ukuran tertentu. Kerugian yang muncul dengan
sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga kerja dan ikan predator tidak dapat
dibersihkan dari kolam.
c. Udang galah hasil panen dicampur dengan udang galah yang sedang molting. Udang campuran
tersebut mudah rusak sehingga tidak laku dijual ke pengepul. Akibatnya, udang tersebut
harus dijual ke konsumen akhir dengan harga yang lebih murah.

2. Variasi Pertumbuhan Tinggi
Udang galah mempunyai kekhasan dalam variasi tumbuhnya. Dominasi udang galah yang cepat tumbuh terhadap yang lambat tumbuh merupakan penghambat dalam mengejar produktivitas udang yang akan dipanen. Teknologi seleksi udang pada ukuran tokolan merupakan satu pilihan untuk menghindari masalah tersebut. Udang yang cepat tumbuh dipelihara terpisah dengan udang yang lambat tumbuhnya, sehingga efisiensi pemberian pakan dapat terwujud dan pertumbuhan dapat lebih cepat.

3. Keterbatasan Benih Udang Galah
Jaminan pasokan benih yang lancar dan cukup merupakan masalah utama yang sering dihadapi petani. Hal ini terjadi karena kurangnya hatchery dan cara pengoperasionalnya yang belum optimal sebagai akibat keterbatasan induk. Sebagai gambaran pada tahun 2001, permintaan benur udang galah mencapai sekitar 5.000.000 ekor, sementara kapasitas produksi dari hatchery yang ada hanya berkisar 700.000 – 1.000.000 ekor per bulan. Lokasi pemeliharaan udang galah yang jauh dari hatchery merupakan masalah turunan selanjutnya. Konsekuensi dari kedua masalah itu adalah tambahan biaya produksi bagi petani. Kerjasama antar hatchery dan petani pentokolan dan pembesaran perlu digalakkan sehingga permasalahan penyediaan pasokan benih dari hatchery dapat ditangani oleh sekelompok petani pentokol saja. Petani pembesar akan mudah mendapatkan benih dari petani pentokol terdekat.

4. Lokasi Budidaya Terpencar Tapi Dalam Skala Luasan Yang Kecil
Mencari lokasi pembesaran udang galah yang luas dengan kriteria sumber air dan kualitas sedimen yang memenuhi syarat lebih sulit dibandingkan lokasi untuk udang windu (tempat pemeliharaannya dipinggir pantai). Lokasi budidaya udang galah yang terpusat pada suatu lokasi yang luas akan dapat meningkatkan efisiensi usaha budidaya. Biaya transportasi benih, transportasi pakan/pupuk dan pemakaian tenaga akan menjadi lebih murah bila dibandingkan dengan kondisi lokasi budidaya yang terpencar di banyak tempat tapi dalam luasan yang kecil. Disamping itu, pengelolaan akan lebih mudah dan efisien serta jaminan produksi untuk skala pasar yang besar dapat terlayani.

5. Belum Ada Studi Skala Usaha Optimum
Sampai saat ini belum dilakukan studi untuk skala usaha optimum bagi budidaya udang galah. Akibatnya pembudidayaan yang dilakukan sifatnya hanya disesuaikan dengan luas lahan. Bagi pembudidaya yang memiliki beberapa buah kolam, besarnya keuntungan yang diperoleh tergantung pula pada manajemen pengelolaan kolam yang dimilikinya
Sebagian besar kegiatan budidaya tambak di Kalimantan Selatan diusahakan untuk menghasilkan komoditi Udang, sebagai sasaran produksinya dari jenis/species Udang Windu (Paneus monodon). Hal ini terkait dengan pasar dan nilai ekonomis yang tinggi baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri, disamping penguasaan teknologi mulai dari tahap pembenihan sampai dengan pembesarannya sudah dapat diterapkan oleh petambak/ pengusaha hatchery. Di Kalimantan Selatan produksi udang galah sebagian besar hanya mengandalkan dari kegiatan penangkapan di perairan umum terutama sungai, sedangkan dari kegiatan budidaya masih sangat kurang. Salah satu upaya mengantisipasi kegiatan penangkapan tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha peningkatan hasil produksi dengan berbagai macam teknis budidaya yang tentunya diperlukan ketersediaan sarana produksi (agro input) yang memadai, diantaranya ketersediaan pakan yang bermutu.
Kemudian untuk data – data statistik mengenai jumlah produksi udang galah untuk wilayah Kalimantan Selatan untuk data 1 (satu) dasawarsa oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalsel belum terekam secara terperinci mengenai data jumlah produksi tersebut sehingga membuat penulis kesulitan untuk menuangkannya ke dalam tulisan ilmiah ini.

Masalah yang dihadapi oleh sebagian besar pembudidaya udang galah dalam memasarkan produknya antara lain adalah produk belum standar dalam hal jenis dan ukuran; serta kondisi fisik dari produk belum memenuhi persyaratan mutu. Dengan masih adanya masalah tersebut, pengumpul sebagai pembeli produk kadang-kadang kecewa dengan hasil panen yang dibeli karena tidak sesuai dengan klasifikasi udang yang diinginkan.
Demikian pula, belum dikuasainya teknologi pasca panen dan kurangnya peralatan pengemasan dan transportasi untuk pengiriman jarak jauh, menyebabkan jangkauan pemasaran hasil produk masih terbatas atau hanya berorientasi lokal. Namun demikian, diperoleh informasi bahwa Puslit Limnologi LIPI Bogor telah berusaha menciptakan alat transportasi darat berupa mobil pick-up berkapasitas 50 kg yang dilengkapi dengan aerator dan mampu digunakan untuk memindahkan udang dalam jangka waktu sampai dengan 12 jam.
Untuk ekspor, masalah yang dihadapi adalah belum terjaminnya kesinambungan pasokan; belum terpenuhinya ukuran udang galah ekspor yaitu udang berukuran super; dan belum terpenuhinya persyaratan mutu sebagai komoditas ekspor, khususnya baku mutu kandungan bakteri, kandungan logam berat dan residu antibiotik.

1 komentar:

  1. Kalau sudah bisa mengidentifikasi permasalahnnya, berarti penyelesainnya bisa dicari pula, tinggal kemampuan kita untuk melaksanakan penyelesaian tersebut.

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda......